Minggu, 17 April 2016
ALVI HADI SUGONDO " MERASA BENAR ITU SALAH, DAN MERASA SALAH ITU BENAR … MANA YANG LEBIH BAIK?"
07.19
No comments
Alvi Hadi Sugondo berkata, benar dan salah itu sebenarnya persepsi. Sepanjang kebenaran
itu bukan berasal dari kitab suci, semuanya bersifat relatif. Ironisnya,
kebanyakan kita terjebak dalam perdebatan yang bersifat relatif, hingga sulit
mendapatkan kebenaran yang prinsip.
Alvi Hadi Sugondo menambahkan, Jika ada pasangan berdebat tentang suatu pendapat, mereka
hanya terjebak dalam lingkaran pendapat yang cenderung kurang sehat. Pada
ujungnya adalah terjebak dalam emosi yang saling sikat, akibat beda pendapat.
Menurut Alvi Hadi Sugondo, Perbedaan adalah persamaan
yang tertunda.
Sepanjang persepsi belum teruji dalam proses komunikasi, maka perbedaan akan
selalu bermunculan. Itulah kebenaran subjektif banyak orang, sumber
permasalahan dan pertengkaran.
Dari satu sisi, kebenaran subjektif itu sangat nyata dan memiliki nilai benar
dimata orang yang bersangkutan, namun jadi salah jika dimata orang lain.
Demikian sebaliknya, kebenaran subjektif orang lain, bisa jadi sesuatu yang
salah dimata kita sendiri.
"Benar salah dalam skema kebenaran subjektif adalah kebenaran
yang relatif. Jadi, alangkah baiknya kita hentikan kata benar salah disini.
Karena semua jenis kebenaran tersebut tak akan pernah ada titik temu, jadi
sebaiknya jangan dibahas secara panjang kali lebar, nanti hasilnya sama dengan
perdebatan yang berakhir pada pertengkaran" ujar Alvi Hadi Sugondo
Bagaimana solusi untuk menghadapi kebenaran relatif ini?
Sebenarnya sangat sederhana. Kebenaran relatif itu seperti
selera warna. Kita suka warna merah, sementara yang lain ada yang suka warna
biru, ungu, hijau dan bahkan kuning. Semua adalah selera masing-masing.
Pun dengan kebenaran relatif atau subjektif. Jadikan kebenaran tersebut
sebagai kebenaran yang melekat pada individu masing-masing dan biarkan mereka
berpegang pada kebenaran mereka itu. Tak ada yang salah dalam hal memegang
kebenaran subjektif.
Yang menjadi kesalahan jika kita memaksakan perbedaan ke dalam
kebenaran pribadi. Contoh, kita meyakini bahwa ilmu marketing itu soal
bagaimana menguasai pasar. Sementara teman kita berbeda pendapat, ilmu
marketing itu ilmu yang mempelajari tentang strategi penjualan.
Ini sama seperti kisah tiga orang buta yang sama-sama
memiliki pengalaman memegang kuda. Orang buta pertama memegang kepala kuda dan
bercerita bahwa kuda itu berbentuk panjang, ada rambutnya, berhidung besar
serta memiliki gigi yang kuat. Sementara orang buta kedua kebetulan memegang
ekornya hingga ia menggambarkan kuda seperti ular, dan yang ketiga memegang
perutnya hingga kuda seperti manusia.
"Apa yang dikatakan ketiga orang buta itu semuanya ada
benarnya, karena mereka sudah memiliki pengalaman memegang kuda, namun menjadi
kesalahan jika ia menggambarkan kuda dari satu bagian saja" ujar Alvi Hadi Sugondo
Itulah ilustrasi kebenaran subjektif yang sedang kita bahas
ini. Jadi solusi untuk mengadapi perbedaan pendapat tentang kebenaran subjektif
ini adalah membiarkan pendapat orang tersebut sebagai kebenaran yang subjektif
tanpa harus kita perdebatkan atau tentang sambil kita belajar dari mereka
tentang kebenaran yang selama ini kita yakini sebagai penyempurna.
Jadi, kata mutiara “ Merasa
salah itu benar dan merasa benar itu salah” setididaknya ada benarnya dan
juga ada salahnya juga. Yang terpenting bukan benar salah, tapi apakah kita
bisa menjadikan perbedaan itu sebagai proses menuju persamaan, dan untuk menuju
ke titik itu diperlukan waktu yang lebih lama lagi agart kebenaran hakiki
menjadi lebih matang.
Akhir kata, teruslah belajar mendalami makna kehidupan.
Karena kita tak akan pernah tahu, sebaik apa kualitas kehidupan kita di masa
akan datang jika berpuas diri belajar disaat ini.
Jadi, jangan sikapi hidup ini
dengan merasa benar atau salah , tapi gantilah dengan semua akan terungkap
dalam proses waktu dimasa depan. Selamat menyelami kebenaran subjektif kita
masing-masing, dan selalu hargai kebenaran subjektif orang lain. Bersama kita
bisa.
Selasa, 12 April 2016
ALVI HADI SUGONDO "CARA MUDAH MENGUSIR KEBOSANAN SAMBIL MENINGKATKAN KESENANGAN"
21.02
No comments
Alvi Hadi Sugondo berkata, bosan adalah penyakit mental yang mematikan. Kita semua pasti
pernah merasa bosan. Tapi justru itulah khabar baiknya, karena itu pertanda
anda orang yang kreatif. Oreanga bosan juga memiliki tanda bahwa anda bersifat
mudah berkembang.
Alvi Hadi Sugondo menambahkan, Bayangkan jika anda tak memiliki sifat bosan, pasti akan cenderung
terpaku pada apa yang anda kerjakan saat ini dan akan selamanya seperti ini.
Tak ada inisiatif untuk berkembang atau berubah kea rah yang lebih baik.
Menurut Alvi Hadi Sugondo, bosan adalah isyarat dari dalam diri bahwa anda harus
berubah. Sistim dalam diri akan berbunyi dan butuh tindakkan yang cepat agar
anda tidak rusak. Bosan itu ketiadatertarikkan pada sesuatu, jadi lihatlaha
pada hidup kita apakah kita sedang bosan?
Kunci mengurangi rasa bosan bahkan melenyapkannya adalah
dengan cara melakukan kegiatanyang bervariasi dan menyenangkan. Ini soal ide
hidup yang membuat anda makin hidup.
Ubahlah cara berpikir anda untuk terus belajar sesuatu yang
baru. Pelajari hobi baru, buku baru, seminar baru, lokasi wisata baru, bisnis
baru hingga teman baru. Ini soal sesuatu yang berbeda, dan harus menjadi
kebiasaan untuk terus berubah.
Bosan itu pertanda bahwa anda sehat. Jadi, ketika rasa bosan
itu datang, ubahlah sesuatu yang bisa diubah. Lakukan cara itu dan lihat
hasilnya. Hidup tak akan bosan lagi.
Kesimpulannya, perbanyak variasi hidup. Apakah ruang kerja
anda diubah menjadi lebih kreatif, atau cara anda berpakaian, melakukan hobi
baru yang lebih menyenangkan, bertemu orang baru ata apapun itu. Cobalah maka
bosan akan menghilang.
Jumat, 08 April 2016
ALVI HADI SUGONDO "INDERA KE ENAM, ANTARA MITOS DAN FAKTA KEHIDUPAN"
23.12
1 comment
Alvi Hadi Sugondo berkata, enarkah setiap manusia sudah tertanam indera ke enam sejak
lahir, selain lima indera yang sudah aktif? Jawaban itu harus anda simpan dulu
sebelum selesai membaca keterangan dibawah ini, jika anda sudah tahu
jawabannya, tapi jika belum, saatnya untuk mencari tahu.
Menurut Alvi Hadi Sugondo, fakta membuktikan, bahwa manusia adalah mahluk yang paling
sempurna diantara mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Fakta juga berkata bahwa manusia
itu mahluk yang sangat kompleks, rumit, canggih hingga brillian, tapi hanya kurang
dari 1% orang yang bisa memanfaatkan semua keunggulan potensi manusia itu
sebanyak 99%.
Alvi Hadi Sugondo menambahkan, pada kenyataannya, kita itu lebih besar dari pada apa yang
kita pikirkan. Otak kita luar biasa cerdas, canggih dan super intuitif. Namun
kendati kita tak tahu cara kerja otak tapi tetap saja fungsinya berjalan, walau
tidak 100%.
Indera manusia memang ada 5, itu yang paling dasar. Namun ada
indera lain yang tak terlihat mata bernama indera ke enam. Indera ini oleh
banyak ahli psikologi menyebutnya indera batin. Bagi kalangan rasional, indera
ini kurang mendapat perhatian, karena orang rasional cenderung berpikir fisikal
(secara fisik). Jika tak terlihat tidak
perlu difokuskan.
Bagaimana cara agar kita yakin bahwa kita memiliki indera
keenam?
Tuhan Maha Kasih dan Sayang, Dia tak hanya mengkaruniai 5
indera dasar saja untuk kita hidup, tapi juga melengkapi indera ke-6 untuk menghayati
kehidupan.
"Indera ke lima kita digunakan untuk menjaga agar kehidupan
kita tetap langgeng ( survive ). Mulai dari indera penglihatan (mata), indera
perasa (lidah) , indera peraba (kulit), indera pendengaran ( telinga) dan
indera penciuman (hidung), semua berhubungan dengan dunia fisik. Karena itu,
indera kelima kita lebih kearah pemenuhan kebutuhan fisik saja (hidup)" ujar
Alvi Hadi Sugondo
Alvi Hadi Sugondo
Berbeda dengan indera keenam. Indera ini adalah indera batin,
indera yang bisa merasakan sesuatu yang bersifat abstrak. Indera yang juga
berfungis untuk menghayati kehidupan ini hingga punya makna. Apa misalnya ?
Pikiran, perasaan, nilai hidup, filosofi serta gambaran-gambaran visual yang
bersifat batin.
Banyak yang berkeyakinan bahwa indera keenam itu klenik dan
lebih bersifat metafisik. Itu tak sepenuhnya salah juga tak sepenuhnya benar.
Jika kita mau jujur, hidup kita meliputi alam fisik dan metafisik. Dna indera
ke enam ini adalah pintu dari alam fisik menuju alam metafisik.
Bukankah manusia itu mahluk fisik yang juga bersifat ruhani?
Artinya apa? Artinya, kita terbuat dari bahan fisik tapi kita dihidupkan dari
sesuatu yang bersifat ruhani, yaitu ruh. Karena itu, di samping ada indera
fisik, juga pasti ada indera ruhani yang bernama indera ke enam.
Kita tidak akan mengupas indera ke enam dari sisi yang
bersifat teknis, tapi lebih ke arah sisi gambaran umum. Bahwa indera ke enam
itu memang ada, dan harus kita terima sebagai kenyataan. Dari pada menolak
kebenaran ini, alangkah lebih baiknya memanfaatkan indera ini untuk kesuksesan
dan kebahagiaan kita.
"Intuisi adalah salah satu bukti yang meyakinkan bahwa kita memiliki indera ke enam. Apakah intuisi itu? Intuisi adalah penginderaan diluar indera ke lima yang bekerja secara mandiri yang bersumber dari kemampuan ruhani untuk mendeteksi lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan metafisik (alam ruhani, masa lalu dan masa depan)" ujar Alvi Hadi Sugondo
Jika hati kita bersih, tubuh eteris kita tidak dikotori oleh
hawa nafsu kebinatangan, maka kekuatan intuisi kita sangat peka. Intuisi bisa
membaca pikiran orang lain, kejadian masa akan datang serta bisikan dari mahluk
yang lebih tinggi tingkatannya, seperti malaikat dan mahluk ruhani lainnya.
Tolong jangan berpikir klenik, karena kita sedang membahas
sesuatu yang ilmiah, walau bersifat ruhani (non fisik). Gelombang pikiran itu
metafisik, karena tidak terlihat, tapi bisa termasuk dalam ilmu fisika. Pun
gelombang pikiran, tidak terlihat, bukan berarti itu takhayul atau klenik kan?
Intuisi itu sesuatu yang sangat menarik untuk kita kupas,
karena itulah bagian dari indera ke enam yang sedang kita bahas ini. Tolong
dipahami, intusi itu hasil dari pembacaan gelombang pikiran atau energy, dari
lingkungan luar menuju lingkungan dalam kita ( indera ruhani).
Misalnya, jika kita menerima suara batin dari lingkungan luar,
itu adalah indera ruhani (telinga ruhani) yang menerima suara tersebut, bukan
telinga fisik kita. Atau saat kita dilihatkan impian yang sangat jelas tentang
sesuatu mimpi, lalu tiba-tiba gambaran itu jadi kenyataan, itu adalah gambaran
dari luar (masa depan) yang diterima oleh mata batin kita. Itulah contoh intuisi ini.
Jadi, intuisi adalah proses penerimaan indera ruhani yang
berasal dari lingkungan luar menuju ke kesadaran batin kita melalui indera
ruhani ( antena batin). Tak ada yang klenik di penjelasan ini, kan?
Orang sukses sangat paham pengetahuan ini, dan mereka secara
diam-diam menggunakannya. Ia menggunakan indera ke enam untuk segala hal, mulai
dari pengambilan keputusan, proses rekrutmen hingga memilih potensi bisnis yang
lebih menguntungkan. Semua di lakukan melalui kombinasi antara analisa rasional
dengan kecerdasan intusi.
Jika memang manfaat intuisi atau indera ke enam itu sangat
besar, dan nyata, mengapa anda tidak mencobanya? Sebenarnya kemampuan intuisi
itu mudah kita gunakan,d an sering kali tanpa kita sadar sudah menggunakannya.
Contoh yang paling sederhana adalah menganalisa seorang yang
baru anda temui. Intuisi anda akan membaca orang tersebut dari dimensi batin,
sementara pemikiran rasional anda dari sisi fisik. Ini kombinasi yang saling
menyempurnakan.
Kapan lagi belajar memanfaatkan indera ke enam jika tidak
sekarang, karena potensi dan manfaatnya sangat besar bagi kehidupan. Ayo, kita
mulai belajar sejak sekarang, dan petik hasilnya kemudian.
Langganan:
Postingan (Atom)